Ketua POPT Deni Mulyadi (kiri) dan anggota DPRD Jabar Hery Dermawan (kanan). |
inijabar.com, Ciamis- Sebagai bentuk perhatian terhadap wilayah khususnya di daerah pemilihan (dapil) nya dan juga sebagai tugas pengawasan sebagai anggota Komisi 2 DPRD Propinsi Jawa Barat, tentu menjadi kewajiban bagi Hery Dermawan untuk terus mendengarkan, menyerap dan memperjuangkan aspirasi masyarakat.
Seperti di Dusun Cililitan Rt 09/O4 Desa Karanganyar Kecamatan Cijeungjing, ada temuan sekitar 700 pohon dukuh. Jenis dukuh Ciamis (dukuh Cililitan) terkendala penyakit karat merah daun (algae) di atas tanah seluas 7 hektar.
Ratusan Pohon dukuh yang daunnya nampak mengering terkena hama |
Heri yang melihat pohon-pohon kena dampak hama di wilayah tersebut, langsung berkordinasi pada petugas POPT.
"Saya kebetulan ada undangan di sini, terus saya lihat kok kondisi nya (pohon dukuh) seperti ini. Terus saya hubungi temen-temen petugas POPT (Pengendali Orgnisme Pengganggu Tumbuhan) yang saya anggap lebih ahli,"tutur Heri. Kamis (7/12/2023).
Dirinya kemudian mendapat jawaban dari petugas POPT dipastikan memang benar tanaman itu kena penyakit.
"Lalu saya tanya masyarakat sudah pernah diapain. Belum pak belum diapa-apain, kan tergantung alat dan bahan,"ucapnya.
Heri menjelaskan, untuk mengajukan alat dan bahan diperlukan anggaran pemerintah yang diajukan minimal setahun sebelumnya.
"Makanya kita upayakan saat ini swadaya,"ujar Heri.
Dia juga menyatakan, respon pemerintah daeah juga bagus dengan diturunkannya semua petugas POPT di wilayah itu, PPL.
"Jadi sudah ditemukan tadi solusi nya yang paling pokok adalah sanitasi. Yang lebih penting lagi dari sisi ekonomi. Sudah 3 tahun mereka tidak panen. Kasihan,"ujarnya.
Heri juga memberi saran pada masyarakat untuk membentuk kelompok dan koperasi agar memudahkan petugas POPT lebih mudah penyuluhannya.
"Karena ini bisa dicegah sebetulnya, kalau kompak. Ini kan ga tahu berapa hektar lahannya berapa pohon. Misalnya ada 6 ribu pohon, yang diurus 5,500 aja yang 500 nya ga diurus, pasti gagal, harus diurus semua,"bebernya.
Sementara itu, Deni Mulyadi salah satu petugas POPT menjelaskan, penyakit pada tanaman duku tersebut sejak tahun 2019 dan tanaman tersebut sudah bertahun-tahun ada di lahan tersebut.
"Saya selaku POPT sudah melakukan pengendalian, cuman sekarang yang masih ditemukan ada yaitu petani tidak merasa memiliki. Jadi acuh lah sama tanaman. Yang kedua kurang memupukan karena acuh tadi, yang ketiga sanitasi lingkungan yang tidak dipelihara,"ungkap Deni.
Deni juga menyatakan, ada pemahaman yang salah dari petani bahwa daun yang berguguran itu akan jadi pupuk.
"Ternyata daun dari pohon itu yang berguguran jatuh ke tanah kan ada penyakit bukan jadi pupuk malah tambah. Karena tidak dibersihkan,"ucapnya.
Deni menyatakan, penyakit yang menyerang daun pohon dukuh disebut penyakit karat merah daun atau algae. Jadi bisa juga ke tanaman lainnya.
"Jadi spora nya masih keneh hidup,"kata Deni.
Deni menyebut, tidak adanya kekompakan dari petani. Karena penyakit nya sudah menyebar.
"Tadi solusi dari Dinas (pertanian) solusinya dengan membuat lagi pestisida campuran. Karena untuk pestisida sendiri bahannya agak sulit,"kata Deni.
"Petani minta juga dibikin lagi pupuk bordok itu untuk mengurangi karat yang keras. bikin sendiri, bahannya aja yang beli. Bahannya ada tursi, ada tawas, ada kapur kaptan. Ketiga bahan itu dicampur dijadikan cairan,"tuturnya.
Untuk anggaran, kata Deni, ada sumbangsih dari anggota dewan Heri Dermawan.
"Anggarannya swadaya dan sumbangsih bapk Hery,"pungkas Deni .(edo)