inijabar.com, Kota Bandung- Sejumlah pemuda yang berasal dari berbagai kota dan kabupaten di Jawa Barat membentuk komunitas yang diberi nama Jubir Warga Jawa Barat. Hal ini terungkap dari acara Diskusi Publik yang digelar di Bandung. Minggu (17/12/2023).
Komunitas Jubir Warga Jabar ini didirikan agar masyarakat tetap bisa menyampaikan pesan-pesan kritisnya. Terutama menanggapi isu-isu yang ada di Jawa Barat.
JUBIR WARGA lahir dari keresahan yang mendalam saat Pemilu, di mana ruang publik cenderung didominasi oleh kandidat daripada pemilih.
Pemilih sering kali merasa kurang memiliki kemampuan untuk menyampaikan kepentingan mereka kepada kandidat.
"Inilah mengapa kami berkomitmen untuk mempersiapkan pemilih muda agar dapat menyampaikan aspirasi, dan menunjukkan kepentingan mereka dengan percaya diri. Kami percaya bahwa untuk menggantikan dominasi kandidat dalam ruang publik, kita membutuhkan banyak JUBIR WARGA yang mendukung pemilih dalam berbicara tentang apa yang mereka inginkan dari pemilu,"ucap Nur Fahmi selaku Kordinator Jubir Warga Jawa. Selasa (19/12/2023).
Generasi muda, sambung dia, adalah generasi emas yang menjadi bagian dari bonus demografi untuk tahun 2045 mendatang.
"Namun, apakah potensi anak muda saat ini menjadi fokus para Capres-Cawapres dan Caleg? Apakah isu-isu anak muda banyak diangkat dalam masa kampanye?,"tanyanya.
Saat ini masih banyak pula masyarakat yang tidak mengetahui siapa saja Caleg-Caleg di daerah mereka masing-masing bahkan mereka pun tidak mengetahui visi misi yang dibawa oleh para Caleg.
"Selain itu pula mirisnya tidak ada sedikitpun para Caleg-caleg yang terpampang baliho nya disetiap jalan yang menyampaikan visi-misi nya,"ungkapnya.
Hal tersebut membuktikan, tidak adanya komitmen dari para Caleg untuk menjadi pemimpin mewakili daerahnya masing-masing. Jika masyarakat saja tidak tahu akan nama-nama Caleg yang mencalonkan, bagaimana mereka bisa mengetahui gagasan-gagasan konkret untuk kesejahteraan masyarakat.
"Kita paham bahwasanya pemuda menjadi kunci dalam pemilu 2024 karena pemuda merupakan pemilih dominan dalam menentukan siapa pemimpin bangsa ini kedepan. Melalui kolaborasi kita bisa sama-sama menyuarakan isu isu yang menjadi permasalahan kita di setiap lini masyarakat, kita berharap kolaborasi dan langkah kedepan untuk mencapai cita-cita Indonesia emas 2045 dapat terwujud dari cerdasnya generasi muda dan langkah kolaborasi setiap komunitas komunitas di masyarakat,"ujar Nur Fahmi.
"Kami mengajak para generasi muda untuk mengawal Pemilu dan Pilkada 2024 dengan tetap menjaga kewarasan serta menyebarkan fakta dan data terkait Pemilu dengan seluas-luasnya,"tandasnya.
"Kami Jubir Warga Jawa Barat sangat mengharapkan pemilu 2024 berjalan dengan damai, aman dan bersih. sudah seharusnya Caleg-caleg untuk membawa gagasan nya kepada masyarakat, bukan hanya memberikan Gimmick-gimmick semata.
Senada dikatakan Ruben Bentiyan selaku mahasiswa Universitas Djuanda mengatakan, sistem presidential treshold 20 persen sebagai penghalang
"Harapannya anak muda punya satu frame berpikir yang sama bahwasannya kita sama-sama sepakat salah satu hal yang menghalangi kita adalah presidential threshold. Kita harus secara sadar presidential threshold 20% karena treshold-treshold itulah yang kemudian menghalangi para pemuda untuk ikut serta sebagai partisipan pemilu. Dan mari juga kita pikirkan tentang masa depan politik republik ini,"ungkapnya.
Sementara Muhammad Fajrin dari Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) ITB (Institut Teknologi Bandung) menegaskan, esensi dari demokrasi itu keterwakilan dan partisipatif.
"Jangan sampai kita lupa bahwa esensi dari demokrasi itu keterwakilan dan partisipasi. Esensi idealnya legislatif adalah check and balance dengan eksekutif. Jadi saat eksekutifnya agak nyeleweng, harusnya dewannya mengawasi. Itu yang harus diperhatikan terkait legislatif,"ucapnya.
Tak hanya itu, isu-isu anak muda yang saat ini banyak yang perlu dibenahi tidak menjadi konsent para Capres-Cawapres, Caleg-caleg, terutama isu-isu daerah. Isu-isu di Jawa Barat sendiri sangat banyak dan dari isu-isu tersebut tidak ada para Caleg yang ikut untuk menyumbangkan gagasan dan program konkretnya untuk menyelesaikan permasalahan.
Salah satu fokus isu di Jawa Barat yang perlu mendapatkan perhatian, kata dia, adalah permasalahan listrik. Terdapat 22.000 rumah di Jawa Barat yang belum tersentuh listrik.
Puluhan ribu rumah itu masuk dalam kategori rumah tangga tidak mampu yang tercatat dalam Data Terpadu Kesejahteraan Sosial (DTKS) dari Kementerian Sosial (Kemensos).
"Belum lagi terkait masalah transportasi umum yang belum saling terintegrasi. Permasalahan tersebut seharusnya perlu dicarikan solusi oleh para Caleg,"tuturnya.
Untuk itu, lanjut Fajrin, sudah saatnya generasi muda dari berbagai lintas jejaring dan komunitas bersama-sama untuk menjadi generasi sadar politik dan Pemilu.(*)