Mitos Atau Fakta, Situ Sarkanjut Garut dan Kejantanan Pria

Redaktur author photo
Situ Sarkanjut

inijabar.com, Garut - Situ (danau) Sarkanjut adalah sebuah situ atau danau yang terkenal di Kabupaten Garut, kerap dikaitkan dengan mitos soal kejantanan pria. 

Menjadi salah satu wisata dengan nama nyeleneh yang cukup menarik perhatian wisatawan untuk mengunjunginya. Apalagi lokasi Sarkanjut yang berada di Garut yang merupakan wilayah di Jawa Barat dengan suasana alam indah dan memanjakan mata.

Situ Sarkanjut dengan luas sekitar 2 hektar yang terletak di Kampung Sarkanjut, Desa Dungusiku, Kecamatan Leuwigoong, Kabupaten Garut. Lokasinya, berada sekitar 20 kilometer di arah Utara perkotaan Garut.

Desa Dungusiku konon dungu itu tidak mendengar, siku itu merupakan sikutan tangan, jadi kalau mau didengar harus disikut dulu.

Namanya memang tak biasa, tak lazim didengar dan terkesan jorok. Bukan tanpa alasan, kanjut dalam bahasa sunda berarti penis atau alat vital pria.

Menurut informasi yang dihimpun, awal mula Sarkanjut berasal dari cerita mitos seorang sesepuh kampung tersebut yang mendapat bisikan ghoib saat tengah bertarung dengan Belanda.

[cut]


Sesepuh itu dibisiki untuk memegang kemaluannya tiga kali untuk membuat masyarakat kampung tersebut selamat dan menang. Kemudian warga setempat diceritakan selamat dan terhindar dari pasukan Belanda.

Cerita dari sesepuh kampung Sarkanjut, awalnya terjadi di zaman dahulu kala, bermula dari kedatangan seorang pemuka agama, bernama Mbah Sura Adipraja.

Mbah Sura yang saat itu menjadi seorang pejabat setingkat camat di kawasan Cianjur, menolak untuk memberikan upeti kepada Belanda.

Beliau kemudian hijrah ke Garut dan datang ke wilayah desa Dungusiku. Dengan kesaktiannya, Mbah Sura kemudian membuat sebuah danau dibantu masyarakat setempat dan dinamai Situ Sarkanjut.

Perihal nama Sarkanjut sendiri, bukan berasal dari alat vital pria, melainkan dari kanjut yang berarti tempat untuk menyimpan, dahulu di daerah ini dijadikan wilayah untuk mengurus benda pusaka. Benda pusaka itu kemudian dikanjuti atau diberi tempat, hal ini konon terjadi di sekitar abad 17 atau 18.

[cut]


Di salah satu sudut Situ Sarkanjut, terdapat sebuah makam yang dikeramatkan oleh masyarakat setempat. Makam tersebut diketahui tempat bersemayamnya Mbah Sura Adipraja. Salah seorang tokoh yang dipercayai masyarakat sebagai salah seorang pendiri Situ Sarkanjut.

Saat ini Situ Sarkanjut masih minim fasilitas, selain dipakai untuk memancing oleh masyarakat, juga jadi lumbung air untuk mengaliri area persawahan masyarakat. Bahkan saat musim kemarau datang, tak jarang keberadaan air wisata alam situ, kerap menjadi acuan warga untuk mengairi lahan pertanian mereka.

Kebiasaan masyarakat sekitar, yang sejak lama dikenal malas dan kerap melakukan aduan sabung ayam, pamer kesaktian menyebabkan ritual pegang penis kerap digunakan.

Mereka percaya dengan cara seperti itu ayamnya kuat dan sakti. Banyaknya warga yang memiliki ilmu kesaktian, membuat sebagian masyarakat khawatir, sebab dalam prakteknya kerap digunakan dalam hal tidak baik.

Kepercayaan memegang alat kelamin saat menghadapi situasi genting, memang bukan keharusan bahkan menjadi keyakinan pribadi. Namun hal itu, semata-mata melangsungkan kebudayaan masyarakat terdahulu.

Dalam beberapa kegiatan keseharian warga seperti memanjat pohon, naik gunung, bepergian jauh, keluar kota, atau menghadapi situasi sulit, sebagian masyarakat masih percaya dengan ritual itu.

[cut]


Patokan utama tentu Allah SWT sebagai Tuhan, jangan sampai disalah-gunakan apalagi menjadi olok-olokan.

Ia berharap, keyakinan beribadah kepada sang Khalik, harus menjadi sandaran utama dalam segala kegiatan. “Namanya juga kebudayaan, percaya silahkan tidak juga tidak masalah, tapi memang faktanya sejak dulu warga seperti itu.

Di tengah kegundahan warga, akhirnya datang eyang Sura dan Gaong, yang merupakan utusan syeh Syarif Hidayatulloh, dari Cirebon, untuk memberikan ketenangan.

Seluruh jawara (jagoan) di sini takluk hingga akhirnya masuk islam.

Dalam pesannya, kedua orang utusan dari pesisir pantai utara Jawa tersebut, meminta warga sekitar untuk hidup akur bermasyarakat, dan selalu mengingat dan bersyukur atas kebesaran Tuhan yang maha kuasa.(Jael)

Share:
Komentar

Berita Terkini