Ilustrasi |
SUNGGUH menyedihkan, pada 2024 ini angka stunting di Jawa Barat masih dalam kisaran 20,2%, berada di atas target pemerintah pusat yakni sebesar 14%. Pemerintah Provinsi Jabar pun terus bertekad dalam menurunkan angka stunting. Sekretaris Daerah Jawa Barat Herman Suryatman mengaku optimistis dengan gotong royong, bisa menurunkan angka stunting pada tahun ini, dilansir dari mediaindonesia.com, (25/4/2024).
Konsep gotong royong bisa maksimal jika setiap lapisan masyarakat atau lembaga, memiliki visi dan misi yang sama dalam menurunkan stunting. Solusinya pun akan efektif ketika mengetahui akar permasalahan yang sebenarnya, bahwa stunting merupakan akibat penerapan sistem kapitalisme sekuler.
Stunting Akibat Penerapan Sistem Kapitalisme Sekuler
Problem stunting sudah menjadi problem global, bukan hanya sebatas problem nasional maupun lokal. Ada tiga titik kritik terkait stunting, yakni pertama, kita hidup dalam sistem kapitalisme sekuler yang memandang bahwa semua problem sebagai masalah angka, termasuk stunting yang dianggap selesai ketika angka-angka tersebut mencapai target, seperti target prevalensi yang ditetapkan PBB dari 24,4% angka stunting harus turun menjadi 14%.
Kedua, ukuran-ukuran materialistik dijadikan satu-satunya acuan hitungan oleh sistem kapitalisme sekuler, misalnya angka stunting ini harus turun, karena akan berakibat pada kontribusi ekonomi warga negara yang berkorelasi dengan pendapatan negara.
Ketiga, ada kesenjangan ekonomi yang sangat lebar dalam sistem kapitalisme sekuler, dimana ada sekian banyak orang tua yang mudah mendapatkan dan menikmati kekayaan sehingga membuat anak-anaknya bisa mendapatkan gizi lebih banyak dari apa yang dibutuhkan.
[cut]
Ilustrasi |
Tapi pada saat yang sama banyak juga orang tua yang tidak sanggup mendapatkan kekayaan dan tidak mampu memberikan gizi yang memadai untuk pertumbuhan anak-anaknya. Ini adalah penyakit kronis dan akut yang akan terus menggerogoti sistem kapitalisme sekuler.
Memang problem stunting ini bukan hanya problem yang akan berpengaruh terhadap kondisi dan kecakapan fisik, tapi ini juga akan berpengaruh pada kemampuan daya tangkap anak-anak, intelektualitas mereka dan tentu saja akan berhubungan dengan kemampuan kognitif mereka dalam menguasai berbagai macam keahlian ketika menjalani kehidupannya.
Artinya, problem stunting memang bukan hanya problem saat ini, ketika masih di usia anak-anak tapi akan menjadi problem besar sampai pada kondisi mereka dewasa dan berpengaruh terhadap masa depan bangsa ini.
Pemerintah menyatakan bahwa menurut rencana pembangunan jangka menengah nasional 2020-2024, ditargetkan prevalensi stunting di negeri ini turun menjadi 14%, ini adalah sebuah angka yang disebut oleh banyak pihak sangat berat untuk dicapai, karena angka stunting di negeri ini masih mencapai 24% tingkat nasional dan Jabar 20,2% di tahun 2023.
Tentu saja ditahun 2024 ini akan berat, dengan diturunkan 10% nya dalam skala nasional dan 6,2% skala Jabar.
Berbagai upaya pemerintah untuk mengatasi stunting, tidak cukup efektif menyelesaikannya, diantaranya ada program ABCDE skala nasional dan konsep gotong royong skala Jabar.
Program ABCDE yaitu bebas stunting dengan A (Aktif), bermakna aktif mengonsumsi tablet tambah darah bagi ibu hamil maupun anak-anak remaja yang nantinya akan menjadi Ibu.
[cut]
Ilustrasi |
Kemudian yang B (Bumil), artinya ibu hamil periksa kehamilan minimal 6 kali. Yang C (cukupi), cukupi konsumsi protein hewani khususnya pada anak-anak setelah usia MPASI, setelah usia mereka selesai ASI eksklusif. Kemudian D (datang), dengan datang ke Posyandu untuk memeriksa perkembangan fisik mereka. Terakhir E (ekslusif), bermakna memberikan ASI eksklusif kepada anak-anak selama 6 bulan. Namun ternyata, program ini tidak cukup efektif mengatasi penurunan atau bahkan menghilangkan masalah stunting.
Solusi Islam
Islam menjamin kebutuhan dasar hidup setiap orang, individu per individu, bukan hanya sebatas prosentase hitungan ekonomi makro. Islam tidak memandang problem stunting itu hanya sebagai angka, tetapi Islam memandangnya sebagai sebuah problem yang harus diselesaikan tanpa ada sisa satu orang pun individu, yang tidak mendapatkan hak mereka, untuk memiliki asupan gizi sesuai kebutuhannya, sebagai pemenuhan kebutuhan dasar mereka.
Allah Swt memerintahkan pemenuhan kebutuhan dasar tiap individu kepada para keluarganya atau tetangganya yang mampu memberikan bantuan, melalui mekanisme tidak langsung. Mekanisme langsung akan dilakukan oleh negara, secara langsung membantu setiap rakyat yang lemah fisik atau akalnya atau tidak memiliki keluarga, kerabat dan tetangga yang mampu dalam memenuhi kebutuhan dasar hidupnya.
Bahkan sebelum malam hari tiba, Rasulullah Saw bersabda di dalam sebuah hadis riwayat Al-Bukhari, 'Tidak dikategorikan sebagai seorang mukmin, kalau ada orang yang lambungnya kenyang sementara masih ada tetangganya yang dalam keadaan lapar ada di sisinya'.
Problem stunting tidak bisa diselesaikan hanya dengan memberikan makan kepada masing-masing orang, baik secara individu atau gotong rotyong, karena ini adalah problem yang lahir dari pemberlakuan sistem ekonomi kapitalisme sekuler.
Khatimah
Karena itu, kesadaran kita terhadap bobroknya sistem kapitalisme sekuler dan kesadaran serta pemahaman kita terhadap solusi Islam, akan menjadi kunci untuk lahirnya sebuah solusi tuntas terhadap problem stunting, baik yang ada di negeri ini, dengan skala lokal dan nasional maupun yang ada di tingkat global.
Penulis : Ummu Fahhala, S.Pd. - Praktisi Pendidikan dan Pegiat Literasi