Sate Maranggi, Kuliner dari Purwakarta Ini Kenapa Bisa Populer

Redaktur author photo


Sate Maranggi

inijabar.com, Purwakarta-  Sate merupakam salah satu kuliner yang banyak digemari khususnya bagi masyarakat Indonesia. Kenikmatan citarasa dari sate bahkan telah masuk ke dalam 50 makanan terlezat di dunia dengan menduduki peringkat ke-14.

Mengawetkan daging dengan cara didendeng dan dibumbui dengan aneka rempah. Setelah itu, daging tersebut dimasak dengan cara dibakar. 

Sate diketahui berasal dari Jawa, Indonesia, dan dapat ditemukan di mana saja di Indonesia dan telah dianggap sebagai salah satu masakan nasional Indonesia. Sate juga populer di negara-negara Asia Tenggara lainnya seperti Malaysia, Singapura, Filipina, dan Thailand.

Sate yang paling populer salah satunya  Sate Maranggi yang biasa ditemukan di Kabupaten Purwakarta Jawa Barat.

Istilah maranggi sendiri dalam bahasa Sunda merupakan istilah petukangan, yakni 'seorang ahli pembuat sarung keris'. 

Sate Maranggi salah satu jenis kuliner khas Kabupaten Purwakarta yang biasanya terdiri dari potongan daging berbentuk dadu berukuran sekitar 1 cm. potongan daging tersebut disatukan sejajar dengan cara ditusukan pada bilah tusuk bambu berukuran sekitar 20 cm yang diberi bumbu lalu dipanggang hingga matang.

[cut]


Tidak diketahui secara pasti kapan Sate Maranggi mulai tenar. Data yang diperoleh dari informan bahwa Bustomi Sukmawirdja atau biasa disapa Mang Udeng, telah berjualan Sate Maranggi

Sejak tahun 1962 di Kecamatan Plered. Informasi tersebut pun menyaingi informasi lokasi asal mula Sate Maranggi yang oleh beberapa sumber disebut berasal dari Kecamatan Wanayasa.

Adapun tahun awal adanya Sate Maranggi di Wanayasa adalah lebih muda dibandingkan dengan angka informasi keberadaan Sate Maranggi di Plered, yakni tahun 1970.

Informasi awal mula adanya penjual sate di Wanayasa datang dari seorang perempuan dengan nama panggilan Mak Unah. 

Mak Unah menyebutkan telah berjualan sate sejak sekitar tahun 1970. Namun ia tidak lantas menamai dagangannya dengan nama Sate Maranggi. Beliau hanya menyebutkan Sate Panggang. 

Mak Unah juga telah mengetahui bahwa sebelumnya di Plered juga telah ada yang berjualan sate, yaitu Mang Udeng.

[cut]


Daging yang digunakan kala itu merupakan daging sapi atau kerbau. Mak Unah sebelumnya juga menggunakan bahan daging yang sama.

Sekitar tahun 1965, beliau mencoba menggunakan jenis daging lain dalam racikan bumbunya, yaitu daging domba. Menurut beliau bahwa racikan bumbunya yang dimasak dengan menggunakan daging domba terasa lebih enak jika dibandingkan dengan jenis daging lain.      

Berdasarkan penjelasan tadi, terdapat sinergi antara Wanayasa dan Plered yang mencuatkan nama Maranggi sebuah sebuah kuliner yang kemudian mengemuka dan menjadi ikon Kabupaten Purwakarta.

Memang jika melihat angka tahun, Wanayasa lebih muda dibandingkan dengan Plered. Namun dilihat dari jenis daging yang digunakan membuat kedua daerah tersebut dapat dikatakan sebagai awal mula adanya Sate Maranggi di Kabupaten Purwakarta. 

Bisa dibilang, Wanayasa merupakan 'pencipta' dari Sate Maranggi dengan menggunakan bahan dasar daging domba, sedangkan Plered merupakan 'pencipta' Sate Maranggi dengan menggunakan bahan dasar daging sapi dan kerbau.

Di Purwakarta sendiri, hampir setiap daerah atau kecamatan yang ada memiliki cita rasa berbeda dalam penyajian sate maranggi. Meskipun bahan dasar berupa daging domba, rempah, serta gula aren selalu menjadi resep utama dalam pembuatan kuliner tersebut.

Salah satunya sate maranggi Cibungur yang menggunakan sambal tomat sebagai pelengkapnya, atau sate maranggi Wanayasa yang menggunakan sambel oncom dan ketan bakar sebagai pengganti nasi.‎ (Jael)

Share:
Komentar

Berita Terkini