Perempuan dan Cengkeraman Kapitalis

Redaktur author photo


Ilustrasi

SEKRETARIS Daerah Provinsi Jawa Barat Herman Suryatman menyatakan perempuan di Jabar bisa meningkatkan kemampuannya. Terlebih melalui pelatihan soft skill dari program WJWE (West Java Women Empowerment) di Bandung tahun 2024. 

Untuk diketahui, WJWE CAANG  bertajuk tema ‘Peningkatan Pemberdayaan Ekonomi Perempuan melalui Sekolah Perempuan Jawa Barat dengan Strategi Kolaborasi Multipihak’.

Beberapa pemahaman manusia di dunia, memandang perempuan begitu rendah. Berbagai pendapat dikemukakan, dalam membahas keperempuanan. 

Paham feminisme yang muncul di Barat pada abad ke-17 dan 18 merupakan gerakan yang menuntut kesetaraan hak kedudukan perempuan. Feminisme memiliki beberapa teori yang terpengaruh dari pemikiran para founding fathers sosiologi. 

Salah satu teori feminisme yang dikembangkan oleh Herbert Spencer, sosiolog Inggris, adalah bahwa perempuan dan laki-laki memiliki perbedaan mental yang sepele sehingga berhak mendapatkan hak yang sama. 

Secara historis perempuan seakan-akan menjadi entitas yang diperlakukan tidak manusiawi. Sejarah Dunia ketika Islam lahir tahun 570 M, dan keberadaan dunia saat itu memposisikan wanita secara rendah. Sejarah Yunani menyebutkan, bahwa di Yunani wanita dianggap sebagai penyebab segala penderitaan dan musibah. 

[cut]


Ketika tamu datang istri diperlakukan sebagai budak atau pelayan. Istri diberi kebebasan untuk melacur atau berzina. Kalau itu terjadi si wanita sangatlah terhormat. Dalam hal sexual pun Yunani mempunyai dewa cinta yang disebut 'Kupid' (Gayo, 2010 770).

Romawi memiliki sebuah selogan, yang memang selogan itu suatu pernyataan bahwa penindasan wanita begitu kentara di Romawi. Selogan bangsa Romawi terhadap wanita ‘Ikat mereka dan jangan dilepas’.

Suami boleh mengatur istri secara penuh dan berhak pula membunuh istri tanpa gugatan hukum. Mandi bersama antara laki-laki dan perempuan adalah hal yang biasa dan lebih dari itu. Romawi mempertontonkan aurat wanita dalam suatu kontes yang disebut 'Fakuaro' (Ibid.)

Jika mencermati fenomena dewasa ini, mungkin hal tersebut tidak sulit kita temui. Budaya barat yang semakin kental nuansa modernitas juga liberalnya yang berimplikasi pada perilaku masyarakatnya. 

Dan jika mencermati sejarah, berarti di sana dunia barat telah kembali lagi pada masa 'kelam sejarah'. Walaupun demikian, tetap saja menurut Gramsi (2010) dalam teori hegemoninya, bahwa budaya 'Barat' melalui media massa disadari maupun tidak telah menghegemoni masyarakat luas. Berimplikasi pada perilaku masyarakat luas pula.

Lelaki di Persia memiliki kebebasan mutlak tanpa batas terhadap wanita. Hukuman tidak diterapkan kepada lelaki melainkan hanya bagi wanita. Kalau lelaki marah wanita boleh disembelih. Wanita dilarang menikah dengan lelaki yang tidak memiliki baju besi. 

[cut]


Bila haid, wanita diusir dan diungsikan jauh di luar kota. Nasib wanita india malah lebih tragis lagi. Mereka tidak punya hak hidup setelah suaminya mati, sehingga dia harus mati juga dan dibakar bersama mayat suaminya. Adat bakar istri ini berlanjut hingga lahirnya Islam.

Di China pada umumnya berlangsung kerusakan dan kebiadaban. Masyarakatnya lebih menyerupai binatang ketimbang manusia. Berzina sekehendak hati dan tanpa rasa malu atau dosa. Orang tua tidak memberikan hak waris kepada anak perempuan. 

Bangsa Yahudi yang telah mengenal agama Tauhid bahkan memperlakukan wanita tidak kalah kejamnya. Pendeta mereka diperbolehkan melakukan zina dengan wanita lain. Di dalam kitab yang telah diselewengkan dikatakan bahwa Allah melarang mereka bersetubuh dengan kerabatnya.

Bangsa Arab Jahiliah, tempat dimana Rasulullah Muhammad saw. dilahirkan, memperlakukan wanita lebih biadab lagi. Ibu kandung menjadi barang warisan, anak boleh mengawini ibunya. Di pihak lain, sepuluh orang boleh menggauli seorang wanita bersama-sama dan ketika anaknya lahir, si ibu boleh mengklaim satu diantara 10 bapak itu sebaai si pemilik anak.

Di kalangan kristen, wanita digambarkan sebagai biang kemaksiatan, akar segala kejahatan dan pelaku dosa. Wanita adalah pintu jahanam, karena merekalah yang mendorong dan menyeret lelaki untuk berbuat dosa. Nasrani bernama Tirtolian berkata 'Wanita adalah pintu Syetan ke dalam jiwa manusia. Wanita (Hawa) pulalah yang menggoda lelaki (Adam) mendekati pohon terlarang, melanggar peraturan Allah.

Beragam program untuk perempuan, dengan dalih untuk meningkatkan kemampuan perempuan agar bisa meningkatkan ekonomi keluarga lewat pendidikan dan pembinaan pemerintah Jabar, tetap saja, ini merupakan program yang tidak memuliakan perempuan. Ujung-ujungnya perempuan di dorong untuk terus keluar rumah, menggalkan kodratnya sebagai perempuan yang seharusnya di rumah. 

[cut]


Terlebih, berbagai pendapat asing dalam hal perempuan di atas, ketika perempuan terus didorong untuk keluar rumah, bekerja, maka pemahaman asing di atas, akan begitu mudah menimpa kaum perempuan. Perempuan akan diperlakukan semena-mena. Ketika perempuan siap diberdayakan, berarti harus menerima perlakuan apa pun di dunia luar. Perempuan jabar, di tahun 90an, masih banyak yang pemalu, menjaga pandangan dan pergaulan, pakaian yang sopan. Namun, seiring banyak program pemberdayaan perempuan, akhirnya menyeret perempuan makin liar. 

Dalam hal ini, penjagaan perempuan dalam keluarga makin lemah, akibat diterapkannya sistem buatan manusia. Yang terus menggerus akidah umat. Ditambah lagi dengan peran negara yang minim terhadap penjagaan pada masyarakat terkhusus perempuan. Justru, dalam sistem kapitalis ini, menciptakan lapangan pekerjaan pun banyaknya untuk perempuan, salah satu alasan, perempuan tidak banyak menuntut cenderung mengikuti.

Namun, ada yang lebih ngeri dari dampak semua ini, yaitu perempuan makin jauh dari rumah, dari anaknya, dari suaminya, bahkan banyak yang berganti peran, suami di rumah ngurus anak dan rumah, sedangkan istri bekerja jadi kepala rumah tangga. 

Kondisi seperti ini, tidak lepas dari lalainya penguasa Jabar, dalam melindungi rakyatnya dalam rongrongan kapitalis. Tidak mampu menyelamat keluarga muslim dari derasnya arus modernisasi dan lain sebagainya. Yang pasti lepas tanggung jawab atas kewajibannya melindungi perempuan yang ada di negerinya. Gagal melindungi akidahnya, gagal melindungi kehormatannya, gagal dalam memosisikan perempuan sebagai tiang agama yang kokoh. Bahkan merubah perempuan menjadi makhluk yang hina dan murahan.

Bagaimana Islam memandang kedudukan perempuan? 

[cut]


Rasulullah saw. pernah bersabda: 'Sesungguhnya Allah berwasiat tiga kali kepada kalian untuk berbuat baik kepada ibu kalian, sesungguhnya Allah berwasiat kepada kalian untuk berbuat baik kepada ayah kalian, sesungguhnya Allah berwasiat kepada kalian untuk berbuat baik kepada kerabat yang paling dekat kemudian yang dekat.' (HR. Ibnu Majah).

Betapa mulia Islam memperlakukan perempuan. Bahkan sejak anak perempuan kecil, dalam pendampingan orang tua sekali pun, didampingi dengan sangat apik. Dalam urusan kamar mandi mesti didampingi ibunya, bukan ayahnya. Ketika mereka masih kecil, sudah dibiasakan berpakaian muslimah, agar ketika ia baligh sudah siap menutup aurat dengan sempurna. Begitu pun ketika mereka sudah baligh, maka kehidupan mereka akan dipisahkan dari campur baur dengan lawan jenis. Aturan Islam demikian, tidak lain, untuk menjaga kehormatan mereka, hingga mereka menikah dan dilindungi oleh suaminya. 

Mulianya perempuan dalam Islam, Rasulullah saw. telah menegaskan, dalam biduk rumah tangga, suami diperintahkan untuk mendidik dan membimbing mereka, tidak dengan bentakan agar tidak patah, dan tidak dengan pembiaran agar tidak liar. Namun didampingi dengan sebaik-baik pendampingan. Bahkan Rasulullah saw. bersabda: 

 خيركم خيركم لأهله، وأنا خيركم لأهلي 

“Sebaik-baik kalian adalah yang terbaik sikapnya terhadap keluarga. Dan aku adalah yang terbaik di antara kalian terhadap keluargaku.” (HR Ibnu Majah)

Demikian Islam memuliakan perempuan.

Terlebih, di dalam Islam negara pun memiliki peran penting dalam melindungi hak-hak perempuan, baik di tempat umum atau pun khusus. Di tempat umum akan dilindungi dengan berbagai aturan yang diterapkan. Di tempat khusus misalkan di rumah, juga negara memantau bagaimana kepala keluarga memperlakukan mereka. 

Wallahu a'lam bishshawab

Ditulis Oleh Sumiati- Pendidik Generasi

Share:
Komentar

Berita Terkini