inijabar.com, Kabupaten Cirebon - Proyek pembangunan sekolah SMAN 1 Tengahtani, Kabupaten Cirebon semakin mencurigakan bagi warga Desa Dauwan dan diduga dimanfaatkan beberapa oknum.
Diketahui, proyek tersebut menghabiskan kurang lebih Rp.2,6 miliar menggunakan Dana Alokasi Khusus (DAK) Fisik Provinsi Jawa Barat yang diduga banyak sekali ketidak sesuaian dalam pengerjaannya.
Ketidak sesuai tersebut meliputi spesifikasi bangunan dan cara pengerjaannya yang dianggap asal-asalan.
Berdasarkan hal itu, awak media beberapa kali melakukan kunjungan ke sekolah sementara SMAN 1 Tengahtani guna melalukan giat jurnalistik sekaligus konfirmasi terkait aduan warga tersebut, di gedung SMA Gunungjati, Kecamatan Tengahtani, Kabupaten Cirebon, Jawa Barat.
Namun dalam beberapa kali konfirmasi tersebut awak media mendapatkan jawaban berbeda antara Kepala sekolah SMAN 1 Tengahtani dengan Ketua Panitia Pembangunan Sekolah (P2S).
[cut]
Yuni selaku Ketua P2S saat dikonfirmasi menanggapi temuan warga terkait ketidak sesuaian material, spesifikasi bangunan hingga pengerjaan proyek pembangunan sekolah.
"Kalo material besi ceker ayam (footplat) itu menggunakan dana sharing dan tidak masuk ke dalam Rencana Anggaran Biaya (RAB)," jelasnya.
Pernyataan dari Ketua P2S tersebut sangatlah janggal. Pasalnya, dengan dana total Rp2,6 miliar rupiah, material ceker ayam (footplat) yang merupakan pondasi utama justru menurutnya tidak dianggarkan di dalam RAB pembangunan sekolah SMAN 1 Tengahtani.
Selain itu, Yuni juga menyatakan, bila ditemukan ketidak sesuaian di dalam pengerjaanya itu menggunakan dana sharing.
Sementara itu, Kepala sekolah SMAN 1 Tengahtani Euis mengatakan dari total anggaran DAK Rp 2,6 miliar, baru pencairan sejumlah kurang lebih Rp500 juta.
[cut]
"Dana Rp500 juta itu digunakan untuk dua menu yaitu ruang guru dan kelas, karena menggunakan dana DAK maka kita sendiri yang mengelola untuk pembelian materialnya. Tentunya kita nanya dan cari yang murah," ungkapnya. Sabtu (21/9/2024).
Berbeda dengan di lokasi proyek, Rp500 juta yang telah dicairkan dan diperuntukan membangun dua menu yakni ruang guru dan ruang kelas.
Untuk mempercepat pengerjaan, pihak sekolah membangun lebih dari dua menu pondasi diantaranya ruang perpustakaan, ruang lab, Tata Usaha (TU) dan ruang kepala sekolah.
Hal tersebut diakui Kepala sekolah karena segera ingin mencapai target pengerjaan 30 sampai 40%, sehingga anggaran selanjutnya dapat segera diturunkan.
"Karena uang pencairannya tidak cukup maka kita mengambil (Hutang) dulu bahan material di Toko Material. Nanti kalo sudah cair kita bayar," kata Euis.
Cara mempercepat pengerjaan proyek pembangunan sekolah dengan berhutang ke Toko Material tersebut diakui kepala sekolah disarankan oleh salah seorang yang bertugas di Provinsi.
[cut]
Pengerjaan pembangunan gedung sekolah SMAN 1 Tengahtani terkesan dikerjakan secara tergesa-gesa tanpa memperdulikan kualitas bahan material.
Sementara soal dana sharing, Euis mengaku bahwa dana sharing belum ada anggaran lantaran belum ada yang memberikan donasi atau sumbangan dari pihak luar untuk pembangunan sekolah.
Pernyataan tersebut berbanding terbalik dengan jawaban Ketua P2S Yuni yang mengatakan bahwa footplat dalam pembangunan menggunakan dana sharing.
Pada saat awak media menanyakan untuk menunjukan buku rancangan gambar, pihak P2S justru tidak dapat menunjukan buku rancangan gambar tersebut, pihak P2S berpendapat jika buku rancangan tersebut tidak boleh diperlihatkan kepada yang tidak berkepentingan.
Warga juga meminta agar dengan adanya temuan ini penegak hukum atau dinas terkait segera melakukan audit atau pengawasan terhadap proyek pembangunan sekolah yang menggunakan uang negara.(martawijaya)