Ilustrasi |
HAI.. Jadi anak tuh
Jangan banyak bersedih
Jangan ngelawan orang tua
Seharusnya kita bisa jadi mandiri
Bahagia'in Ayah Bunda
Yuk.. Kita sekolah di pondok pesantren
Biar jadi anak sholeh dan keren
Jadi santri alim gaya tetep beken
Oh yeah...
Kurang lebih demikian lirik ayo mondok milik Despacito. Sejatinya Pesantren adalah tempat terbaik untuk anak-anak, di mana pesantren merupakan tempat memurnikan pendidikan bagi umat muslim. Dikutip dari antara.com
Pemerintah Provinsi (Pemprov) Jawa Barat (Jabar) menegaskan komitmennya untuk mendukung pengembangan pondok pesantren (ponpes) di wilayah itu sebagai pusat pendidikan terpadu yang mengintegrasikan nilai-nilai agama, ilmu pengetahuan, hingga teknologi.
Penjabat (Pj) Gubernur Jabar Bey Triadi Machmudin mengatakan pihaknya siap membantu serta menjalin sinergisitas dengan ponpes untuk mendorong inovasi dan memperkuat kolaborasi di berbagai bidang, termasuk pengembangan kurikulum, penelitian, serta pengabdian kepada masyarakat.
“Pemprov Jabar berkomitmen untuk terus mendukung upaya peningkatan kualitas pendidikan,” kata Bey saat menghadiri kegiatan peresmian Universitas Darul Ma'arif di Kabupaten Indramayu, Jabar.
[cut]
Corak pesantren yang telah melekat sebagai lembaga pendidikan keagamaan dan dakwah kini telah terkikis. Keaslian lembaga ini makin hari makin pudar. Keberadaan santri yang mondok, yang diharapkan orang tua, ketika mereka kembali dari pondok, akan menjadi pribadi yang baik, shalih, santun dan giat beribadah. Sayang, situasi dan kondisi telah merubahnya, banyak yang tak lagi mencerminkan khas pondok di masa lalu.
Dalam sistem Kapitalisme, pesantren pun akan sejalan dengan tujuan pendidikan Kapitalis yang bernafaskan ekonomi. Yang sebelumnya pesantren adalah seperti tempat menempa jiwa rapuh kemudian menjadi kukuh, untuk menempa jiwa yang cidera menjadi shalih dan tertata. Namun, karena kapitalis, kini pesantren terkikis esensinya. Di dalamnya bukan sibuk taqarrub ilallah, melainkan sibuk membuat produk untuk dijajakan, sebagai hasil karya nyata mereka para santri.
Tidak salah secara sekilas, dalam pandangan manusia. Namun, karena fokus dengan produk yang melahirkan dan mendatangkan para konsumen. Hal ini memecah konsentrasi belajar mereka, dalam hal untuk membentuk jiwa yang shalih, berubah menjadi cita-cita menjadi pengusaha, mirisnya lagi bercita-cita untuk menjadi pekerja. Akhirnya, pembelajaran di pondok menjadi abu-abu.
Inilah bentuk pendidikan dalam sistem kapitalisasi. Ujung-ujungnya, bagaimana cara mendatangkan cuan yang mudah. Santri pun menjadi objek sasaran, sebagai pelaku bisnis di usia kanak-kanak. Yang sejatinya mereka masih harus fokus dalam pendidikan. Agar mereka mampu mengarungi bahtera kehidupan dikala mereka dewasa kelak. Disadari atau pun tidak, secara otomatis esensi pesantren pun menghilang sedikik demi sedikit.
Bagaimana dalam Sistem Islam?.
Negara menjamin pendidikan dengan mempelajari Islam secara menyeluruh, bukan sebagai penggerak ekonomi. Karakter pendidikan dalam Islam adalah satu-satunya tempat yang menjamin keselamatan dari maksiat. Pendidikan yang lembut penuh kasih sayang.
[cut]
Yang pertama, pendidikan dalam Islam dengan menerapkan Islam secara praktis. Untuk menjaga kelestarian ia sebagai hamba, sebagai manusia, dengan sistem yang memanusiakan manusia, menjaga akal dan jiwa mereka.
Yang kedua, pendidikan Islam itu penuh dengan nilai spiritual, ibadah yang kuat, kokoh, seperti yang dicontohkan Rasulullah saw. Terhindar dari urusan materi yang menyibukkan dan memberatkan santri. Fokus pada pembinaan jiwa yang sehat.
Ketiga, mendorong santri untuk terus terikat dengan hukum syara', sadar bahwa setiap perbuatannya akan dimintai pertanggungjawaban, sehingga, mereka terus didorong agar setiap amalnya dikaitkan dengan aturan Allah Swt.
Keempat, pendidikan dalam Islam dapat memuaskan akal. Sehingga santri tidak membutuhkan lagi dan tidak penasaran dengan pola pendidikan di luar pondok. Akalnya telah terpenuhi dengan pendidikan Islam.
Ketika mengingat betapa gemilangnya Islam di masa lalu, sehingga dua per tiga dunia dikuasai, sistem yang diterapkan yakni Islam secara menyeluruh. Pendidikan Islam pun diutamakan, dari mulai guru atau dosen yang mumpuni, gedung yang memadai dan nyaman. Lengkap dengan sarana untuk siswa dan guru. Karakter pendidikannya istimewa, karena Islam memiliki ciri yang khas. Karena aturan yang ada turun dari sang penguasa semesta, yakni Allah Swt.
[cut]
Kemudian seluruh sarana pra sarana ditanggung oleh negara. Karena sejatinya menyejahterakan rakyat adalah tugas negara, bukan diserahkan kepada pesantren.
Wallahu a'lam bishshawab
Ditulis oleh: Sumiati- Praktisi Pendidikan