inijabar.com, Kota Bekasi - Nama Ida Laniari (53) mendadak trending topik di Kota Bekasi. Aksi mantan bakal calon wakil walikota Bekasi jalur independen ini pasca mendukung Paslon nomor 3, rela membuka aib nya sendiri dengan melaporkan calon wakil walkkota Bekasi nomor urut 1. Sholihin terkait dugaan pelecehan seksual.
Manuver wanita yang juga pernah tercatat sebagai kader Golkar Kota Bekasi, Partai Nasdem Kota Bekasi ini, apakah berhasil atau tidak menurunkan elektabilitas Paslon nomor 1 tentu harus menunggu hasil Pilkada 27 November 2024 nanti.
Menurut aktifis perempuan Intan Sari Geny perlu pembuktian secara hukum kasus dugaan pelecehan sexsual tersebut agar tidak menjadi fitnah yang menyerang moral personal.
"Secara hukum kan harus ada dua alat bukti yang cukup benar tidaknya ada pelecehan. Termasuk ada saksi yang melihat langsung. Kalau bukti rekaman saja tidak cukup. Bahaya kan, nanti banyak oknum janda-janda yang gruduk calon kepala daerah,"sindir wanita yang juga dikenal sebagai Ketua Indonesia Fight Coruption (IFC) Jumat (22/11/2024).
Apalagi, kata Intan, dalam pemberitaan kasus tersebut sempat mandeg saat ditangani pengacara pelapor yang lama.
"Kok ini diledakan lagi seteleh wanita itu (IL) menyatakan dukungannya pada Paslon nomor 3. Jadi kecurigaan publik termasuk kaum perempuan cendrung negatif pada pelapor (IL),"kata wanita yang juga berprofesi sebagai advokat ini.
Intan juga meminta pelapor bisa menjaga marwah dan norma sebagai perempuan jangan terkesan merelakan dirinya jadi senjata untuk Black Campaign (kampanye hitam) pada Paslon lain.
"Jadi perempuan itu kan harus bisa jaga nilai-nilai moral, budaya dan norma agama. Apalagi pelapor ini kan muslimah harusnya paham bagaimana berhubungan dengan lawan jenis. Jadi jangan Nge Jago di Bekasi lah,"cetus Intan.
Dia menilai pelapor sebagai perempuan sudah sangat keji disinyalir membuka aib nya sendiri demi kepentingan politik orang lain dengan menyerang moral personal orang lain.
"Saya juga menghimbau pada tim hukum Terlapor agar laporan balik nya pada wanita tersebut untuk lebih serius. Saya sebagai sesama perempuan menilai kasus tersebut hanya black campaign saja,"tandasnya.
Dia juga menilai jika yang dituju dari manuver Ida itu hanya untuk menjatuhkan elektabilitas rival politik dengan mengorbankan harga dirinya perlu pembuktian usai pencoblosan di Pilkada 27 November 2024 nanti.
"Atau bahkan sebaliknya, simpati masyarakat justru lebih meningkat kepada Paslon nomor 1 karena menilai perlakuan Pelapor sudah zolim,"ujarnya.
Isu seperti ini pernah juga terjadi di Pilkada Kota Bekasi 2012-2019. Namun saat itu pengaruhnya kecil dan bahkan jadi pemenang di Pilkada saat itu.
Sementara itu, terkait keaslian rekaman suara yang diduga mirip suara Ida dan Sholihin iktu menuai komentar dari Pakar Telematika Abimanyu.
Menurut dia, suara rekaman yang dihasilkan dari video itu butuh pengujian. Oleh karenanya, suara rekaman seseorang itu belum bisa dipastikan asli atau produk AI.
"Butuh pengujian apakah suara itu dihasilkan dari Agen Intelegen (AI) atau bukan," kata pria yang juga dosen di sebuah kampus perguruan tinggi negeri di Jakarta ini.
Seperti yang diketahui, kata dia, proyek AI di Indonesia sudah menyebar di lapisan masyarakat. Bahkan, hampir setiap appikasi di genzet sudah diberikan aplikasi AI, maupun yang berbayar atau gratis.
Hanya saja, Abimanyu masih enggan trik melalukan pengujian kebenaran suara rekaman apakah dihasilkan AI atau benar ada orangnya.
"Itu tekhnis," ucapnya singkat.
Meski demikian, Abimanyu memberikan pernyataan kalau pengujian itu dilakukan banyak hal. Sehingga, dibutuhkan seseorang yang benar-benar ahli dibidangnya.
"Kalau bukan ahlinya yah tentu tidak bisa lah," jelasnya.
Dia menyatakan, saat ini AI dimanfaatkan banyak pihak untuk membuat karikatur gambar, maupun suara yang dinilai bisa mirip dengan suara manusia pada aslinya.(*)