Jabar Rawan Bencana, Islam Memberi Solusinya!

Redaktur author photo
Banjir Rob dari laut di wilayah pesisir Karawang Jabar.

SETIAP manusia pasti ingin terhindar dan selamat dari berbagai musibah atau bencana. Tapi sungguh mengkhawatirkan, dalam 10 tahun terakhir, Provinsi Jawa Barat merupakan provinsi yang sering mengalami bencana alam, ungkap Kepala BNPB Letjen TNI Suharyanto, seperti dilansir kompas.com, 06/12/2024.

Berbagai bencana tersebut diantaranya gempa, seperti di Jabar ada lima daerah yang berpotensi mengalami bencana Megathrust, sehingga perlu mitigasi bencana, (www.inijabar.com , 04 Oktober 2024).

Bencana banjir juga sering terjadi setiap kali hujan turun. Bahkan ada daerah yang langganan banjir pada musim hujan. Ada sejumlah titik wilayah di Jawa Barat dilanda banjir akibat hujan dengan intensitas sedang-tinggi, seperti dilansir www.inijabar.com pada Selasa (5/10/2024).

Banjir juga terjadi di Kabupaten Sukabumi. Berdasarkan data dari BPBD kabupaten Sukabumi, hingga Sabtu 7 Desember 2024 pukul 17.30 WIB, setidaknya ada 328 Titik bencana yang tersebar di 39 Kecamatan. 

Deden Sumpena, Kepala Pelaksana BPBD Kabupaten Sukabumi menjelaskan, jenis bencana yang terjadi di tiap kecamatan sangat bervariasi, mulai dari banjir, tanah longsor, angin kencang dan pergerakan tanah, dilansir detik.com 08/12/2024.

Manusia sering menganggap bahwa bencana alam bisa terjadi karena fenomena alam. Hal tersebut dikatakan sebagai sebuah takdir yang tidak bisa dihindari, sehingga manusia hanya bisa pasrah menerima apapun yang terjadi. 

Padahal bencana juga bisa terjadi karena ulah tangan manusia, yaitu banyaknya pelanggaran syari’at Allah Swt. karena kehidupan tidak diatur dengan aturan-Nya yakni Islam, seperti ditegaskan dalam Al-Qur’an surat Ar-Rum ayat 41.

[cut]


Bencana banjir terjadi akibat ulah manusia dari kebiasaan buruk masyarakat membuang sampah ke sungai atau tempat-tempat aliran air, ilegal loging hutan, perubahan alih fungsi lahan, pembangunan rumah di bantaran sungai, dan sebagainya. 

Sistem kapitalisme sekuler menjauhkan aturan agama dalam kehidupan sehingga kebijakan yang dibuat menimbulkan berbagai kerusakan alam dan penderitaan bagi kehidupan manusia.

Solusi Islam

Aturan Islam bisa menyelamatkan umat manusia dari bencana di dunia dan di akhirat. Negara dalam Islam, berperan sebagai ra’in (pengatur) dan junnah (pelindung), sehingga rakyat hidup sejahtera penuh berkah yang akan dilimpahkan Allah Swt. sebagaimana ditegaskan dalam Al-Quran surat Al-'araf ayat 96.

Ketaatan pemimpin pada hukum syari’at akan menuntunnya untuk mengatur urusan masyarakat sesuai dengan kemaslahatan mereka, semisal untuk mencegah bencana alam hidrometeorologi, Islam mensyari’atkan untuk melakukan pembangunan terukur (sustainable) dan tidak melakukan eksploitasi alam yang berlebihan.

Agar bencana bisa diminimalisasi, Islam juga memiliki konsep konservasi yang disebut hima. Nabi Muhammad Saw. bersabda 'Tidak ada hima yang dibenarkan kecuali milik Allah Swt. dan rasul-Nya'. hadis Imam Bukhari No. 2197.

[cut]


Peneliti bidang kajian Islam, Syauqi Abu Khalil dalam Atlas hadis menyebutkan bahwa di lokasi hima diterapkan, larangan berburu binatang dan merusak tanaman demi menjaga ekosistem. Bahkan manusia dilarang memanfaatkannya untuk selain kepentingan bersama.

Ketika Rasulullah Saw. menjadi kepala negara Madinah, beliau pernah menjadikan padang rumput dan beberapa tempat yang dijadikan sebagai hima di dekat Madinah, sehingga tidak boleh seorang pun menjadikannya sebagai tempat menggembala ternak. 

Islam pun sudah mengatur anggaran semisal terjadi bencana. Di dalam Baitul Mal terdapat alokasi pengeluaran khusus untuk keperluan bencana alam. Pada bagian belanja negara terdapat seksi urusan darurat atau bencana alam (Ath-Thawaari), seksi ini memberi bantuan kepada rakyat atas setiap kondisi darurat atau bencana yang menimpa mereka.

Dengan terjadinya berbagai bencana, khususnya di jawa Barat, sudah saatnya semua lapisan rakyat melakukan muhasabah dan bertaubat agar kembali ta’at kepada semua aturan Allah Swt. dalam segala aspek kehidupan.

Ditulis Oleh : Ummu Fahhala- Praktisi Pendidikan dan Pegiat Literasi

Share:
Komentar

Berita Terkini