Hendi Jo |
inijabar.com, Jakarta- Hendi Jo, Penulis buku berjudul 'Mobile Brigade Di Pentas Revolusi : Kiprah Kompol II R.M. Bambang Soeprapto Dalam Perang Kemerdekaan Indonesia', mengungangkapkan, buku tersebut sebagai kegaguman dirinya pada sosok Bambang Soeprapto.
Hendi Jo yang merupakan seorang jurnalis sejarah asal Cianjur ini memaparkan isi buku nya tersebut dalam acara Komunitas Temu Sejarah pada Kamis (30/1/2025) malam.
Komunitas Temu Sejarah sebuah komunitas penggemar buku sejarah yang didirikan di Kota Bandung yang rutin menggelar diskusi buku sejarah ini adalah kegiatan rutin setiap Kamis malam secara online.
Hendi menjelaskan proses penelitian dan penulisan buku ini. Ia mengucapkan terima kasih kepada pihak keluarga Bambang Soeprapto yang turut membantu pengerjaan buku ini dengan memberikan akses ke berbagai data sumber primer.
"(Bambang Soeprapto) layak untuk diteladani. Orang harus tahu perjuangan ini. (Kisah ini) harus diangkat," ucap Hendi.
Bambang Soeprapto, kata Hendi, adalah seorang putra bupati dari golongan ningrat yang awalnya berkarir sebagai polisi pada zaman penjajahan Belanda. Ketika Jepang datang ke Indonesia.
Bambang juga dekat dengan beberapa tokoh perkumpulan pemuda di Menteng 31, Jakarta, seperti Chairul Saleh dan Sukarni.
[cut]
Ketika Menteng 31 memutuskan untuk membuat simpul-simpul perjuangan di seluruh Jawa, atas rekomendasi Sukarni, Bambang Soeprapto dipilih untuk mengisi simpul perjuangan di Semarang, dengan bergabung dengan badan propaganda Jepang, Sendenbu.
Pada saat itu, arah perjuangan Menteng 31 bersifat kooperatif, dengan memanfaatkan organisasi bentukan Jepang untuk memperjuangkan kemerdekaan Indonesia.
Ketika Jepang mulai menunjukkan tanda-tanda kekalahan di Perang Pasifik, rakyat Indonesia diarahkan untuk semakin aktif membantu usaha perang Jepang secara fisik.
Bambang Soeprapto memutuskan untuk kembali aktif menjadi polisi, dengan menjabat menjadi Wakil Komandan Polisi Istimewa di Semarang.
Pada saat itu, posisi strategis satuan Polisi Istimewa bentukan Jepang tidak boleh diisi langsung oleh kalangan pribumi.
Komandan Polisi Istimewa Semarang pada saat itu, Kawahara, menyerahkan jabatan Komandan ke Bambang Soeprapto, sebelum akhirnya Kawahara pergi ke Srondol untuk bergabung dengan pasukan Kidobutai.
Sementara itu, Bambang Soeprapto memimpin pasukannya di Polisi Istimewa Semarang untuk menyatakan secara aklamasi, bahwa mereka akan mendukung Pemerintah Indonesia yang dipimpin Soekarno - Hatta.
[cut]
Deklarasi ini ditandai dengan pengibaran bendera merah putih di markas Polisi Istimewa Semarang.
Setelah itu, Bambang Soeprapto terlibat langsung dalam berbagai pertempuran. Diantaranya, peristiwa pertempuran lima hari di Semarang melawan Jepang, pertempuran Ambarawa melawan Sekutu, operasi penumpasan pemberontakan PKI Madiun, hingga akhirnya gugur dalam pertempuran 'dua front' melawan Belanda dan DI/TII sekaligus di Jawa Tengah.
Hendi memaparkan kembali kisah-kisah perjuangan Bambang Soeprapto secara lebih detil, untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut.
Diskusi sejarah mengenai Bambang Soeprapto ini merupakan episode diskusi online yang kelimapuluh.
Edisi pertamanya telah digelar pertama kali pada 15 Februari 2024. Anda dapat mengikuti diskusi sejarah pada minggu selanjutnya secara gratis dengan mendaftar via Instagram @temusejarah.(adi)