Membangun Proyek Insfrastruktur Berbasis Hutang, Urgenkah ?

Redaktur author photo
Masjid Al Jabbar

JAWA BARAT merupakan Provinsi yang terkenal dengan kemajuan insfrastrukturnya, baik pembangunan di wilayah perkotaan maupun perdesaan . Dan salah satu yang menjadi ikon Jawa Barat adalah Masjid Al Jabbar. Masjid yang megah dan unik ini hingga kini masih menjadi daya tarik wisatawan yang ingin berwisata religi.

Namun sayang dibalik popularitas masjid ikonik ini, beredar kabar yang kurang menyenangkan. Gubernur Jawa Barat terpilih, Dedi Mulyadi, kepada awak media mengakui adanya utang sebesar Rp 3,4 triliun yang ditinggalkan oleh pemerintahan sebelumnya. 

Utang yang berasal dari Program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) itu digunakan untuk berbagai proyek infrastruktur, termasuk pembangunan Masjid Al Jabbar.

Jik)a Masjid Al Jabbar hanya salah satunya, kk dipastikan terdapat sejumlah proyek insfrastruktur lainnya yang masih berhutang. Sungguh sayang Jawa Barat yang selalu digadang-gadang terdepan dalam pembangunan insfrastruktur rupanya mempunyai hutang dengan jumlah yang sangat besar. 

Sebagai warga hanya hendak menyampaikan pendapat, jika memang dana tidak ada maka tidak perlu memaksakkan membangun sarana dan prasarana yang tidak urgen, apalagi dengan mengandalkan hutang.

Terlepas dari tujuan dibangunnya berbagai proyek insfrastruktur tersebut, namun, dampak dari semua proyek infrastruktur tersebut terhadap perekonomian rakyat bisa dikatakan sangat minim. 

Bila melihat skala nasional, Pusat Analisis Anggaran dan Akuntabilitas Keuangan Negara  dalam catatannya bertema Potret Utang Pemerintah Periode 2015—2024 mengungkap bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia sepanjang era ini faktanya tetap stagnan pada kisaran 5%. Ini belum berbicara kesejahteraan level orang per orang. Apalagi tingkat kemiskinan pun penurunannya justru cenderung lebih lambat dari periode sebelumnya.

Begitupun dengan wilayah Jabar tidak jauh berbeda, maka dapat disimpulkan semangat mengejar ketertinggalan pembangunan melalui mekanisme investasi alias utang ternyata nyaris gagal. Masyarakat banyak nyaris tidak menerima manfaat dari berbagai proyek yang dibangga-banggakan. 

[cut]


Mereka bahkan harus berjibaku menghadapi berbagai dampak yang ditimbulkan. Diantaranya berupa hilangnya lahan penghidupan, jebakan konflik agraria berkepanjangan, atau akibat perubahan lingkungan yang mengubah, bahkan merusak ruang kehidupan.

Penerapan sistem sekuler demokrasi kapitalisme neoliberal yang diterapkan terbukti telah membawa kemudaratan. Kepemimpinan dalam sistem ini bukan didedikasikan untuk melayani dan menjaga kepentingan dunia dan akhirat umat secara keseluruhan. 

Pembangunan yang dilakukan pun bukan ditujukan demi memuliakan kemanusiaan dan mewujudkan kesejahteraan yang berkeadilan. Semuanya disinyalir justru ditujukan guna melayani kepentingan segelintir pemilik modal yang mensponsori petualangan politik para pemburu kekuasaan.

Sehingga wajar jika kepentingan rakyat luput dari hitungan. Proyek pembangunan menjadi ajang bancakan oligarkhi yang dipandang sudah berjasa mengantarkan sekelompok elite ke kursi panas kekuasaan. 

Semua ini semestinya cukup untuk membuktikan betapa tidak idealnya paradigma kepemimpinan yang sedang tegak hari ini. Sudah semestinya umat mulai berfikir sistem kepemimpinan terbaik yang dirancang oleh Allah Swt. dan diwariskan oleh baginda Nabi (saw.).

Sistem ini pernah tegak selama lebih dari 13 abad dan terbukti berhasil mewujudkan kesejahteraan yang tiada bandingan. Kepemimpinan dalam sistem Islam tegak di atas landasan ruhiyah dan bertolak pada hukum-hukum syariat yang bebas kepentingan dan menutup celah tersebar luasnya keburukan. Kepemimpinan berparadigma Islam ini benar-benar menjadi pengurus dan penjaga umat sehingga kesejahteraan bisa dirasakan hingga level orang per orang.

Syariat Islam menetapkan tidak boleh ada celah bagi siapa pun, terutama para pemimpin untuk menimbulkan kerusakan, apalagi membuka pintu kezaliman dan memberi jalan penjajahan. 

Allah Swt. berfirman, 'Dan janganlah kamu berbuat kerusakan di bumi setelah (diciptakan) dengan baik. Berdoalah kepada-Nya dengan rasa takut dan penuh harap. Sesungguhnya rahmat Allah sangat dekat kepada orang yang berbuat kebaikan.'(QS Al-Araf: 56). 

[cut]


Juga firman-Nya, '… dan Allah sekali-kali tidak akan memberi jalan kepada orang-orang kafir untuk memusnahkan orang-orang yang beriman.' (QS An-Nisa: 141).

Rasulullah saw. juga bersabda, 'Takutlah kalian pada doa orang yang dizalimi, karena sesungguhnya ia akan dibawa ke atas awan, kemudian Allah berkata: Dengan kemuliaan-Ku dan kebesaran-Ku, Aku pasti akan menolongmu, sekalipun nanti.' (HR At-Thabrani).

Juga sabdanya, 'Sesungguhnya di dalam neraka Jahanam itu terdapat lembah, dan di lembah itu terdapat sumur yang bernama Habhab. Allah pasti akan menempatkan setiap penguasa yang sewenang-wenang dan menentang kebenaran di dalamnya.'  (HR Ath-Thabrani, Al-Hakim, dan Adz-Dzahabi).

Oleh karenanya pembangunan dengan skema utang, atau investasi swasta maupun asing dan sejenisnya, betul-betul ditutup rapat dalam Islam. Terlebih jika yang menjadi target pembangunan tersebut merupakan sektor strategis yang menyangkut hajat hidup orang banyak. Alih-alih menyerahkannya kepada swasta, Negara hadir sebagai pemain utama dengan memobilisasi semua sumber daya yang dikuasainya untuk mewujudkan kesejahteraan umat yang menjadi tanggung jawabnya.

Ditulis Oleh : Lilis Surayani

Share:
Komentar

Berita Terkini