![]() |
Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi saat acara Panen Raya di Majalengka bersama Presiden Prabowo Subianto |
inijabar.com, Majalengka- Di hadapan Presiden Prabowo Subianto, Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi menyampaikan tiga hal yang menjadi kegelisahaan para petani di Jawa Barat.
Hal itu diungkapkan Dedi Mulyadi saat acara Panen Raya di Majalengka pada Senin 7 April 2025 pagi.
"Saat ini yang menjadi keresahaan para petani bukan lagi soal kesulitasn mendapatkan pupuk. Sekarang pupuk sudah lancar pak. Tapi sesungguhnya biaya tingginya produksi nya itu di obat-obatan,"ujar pria yang akrab disapa KDM ini.
Pasalnya, saat ini, kata KDM, dari sebelum nanam padi, para petani itu harus mengeluarkan biaya semprot keong.
"Kemudian, hampir rata-rata dari musim tanam sampai panen dalam waktu dua bulan, itu nyemprot dua kali sehari. Karena kalau tidak dua kali sehari, hama nya datang masuk lagi yang baru,"ungkapnya.
Sehingga, sambung Dedi, di Jawa Barat secara umum tanahnya sudah jenuh karena pupuk terus-terusan sedangkan tidak ada pemuliaan tanah nya.
"Harusnya bagaimana diadakan program masal di seluruh Jawa Barat, bagaimana tanah nya unsur hara nya dikembalikan karena rata-rata sudah di bawah 6,"jelas KDM.
Selain itu soal irigasi, tahun ini DAK (Dana Alokasi Khusus) nya mengalami penurunan untuk kegiatan di bawah BBWS (Balai Besar
"Mudah-mudahan irigasinya kembali ke asal setelah bapak (Prabowo) datang,"ucapnya.
KDM juga menyinggung soal asuransi kesehatan bagi para petani. Pasalnya, kata dia, banyak petani ketika sakit tidak tercover BPJS.
"Atau BPJS Mandirinya tidak terbayar,"cetusnya.
"Bahkan, kata Dedi, ada bayi yang ditahan di rumah sakit dan tahun ini tidak boleh ada lagi,"sambungnya.
Dirinya juga berharap, karena Jabar sebagai pusat lumbung padi nasional alatnya harus ditambah lebih banyak lagi. Selain itu, Dedi Mulyadi meminta lahan PTPN harus alih fungsi menjadi lahan pertanian padi dan jagung.(*)